Selasa, 23 Desember 2008

Redifining Beauty

Cantik. Semua wanita di muka bumi ini sudah pasti ingin menjadi cantik. Tapi sosok yang bagaimanakah yang bisa disebut cantik itu?

Di era tahun 2000-an ini, kita terbiasa melihat bahkan menganggap wanita dengan tipe langsing ( cenderung kurus ), tinggi dengan kaki-kakinya yang jenjang, rambut lurus di- bleach warna coklat, kulit putih, hidung mancung dan mata besar yang indah adalah sosok yang selama ini dianggap cantik. Tengok saja sederet nama di dunia modeling saat ini, Lunamaya, Cathrine Wilson, Olga Lydia, atau Sandra dewi adalah sosok yang pantas disebut cantik.

Lantas, jika ada wanita yang tidak memiliki syarat-syarat serupa diatas, alias gemuk, sipit, pendek, berhidung pesek, berkulit hitam atau berambut keriting, tidak pantas disebut cantik?

Untuk mendapat jawabannya, mari kita mencoba menengok ke belakang sebentar, ke era tahun 1950-an misalnya, sosok cantik yang menjadi kiblat para wanita saat itu adalah sosok yang gemuk, anggun, berkebaya, dan bersanggul. Seperti Jujuk Srimulat, yang selalu jadi sosok paling cantik dalam grup lawak srimulat dulu. Lain lagi di era tahun 1980-an, cantik direprentasikan lewat sosok Eva Arnaz atau Selly Marcellina; montok dengan dada yang menyembul, rambut panjang kerinting yang mengembang, dan baju ketat bertangan buntung dengan sebagian bulu ketiak yang menyembul keluar.

Keduanya merupakan sosok yang berbeda di dua zaman berbeda pula. Dan entah apa yang membuat sosok setipe Lunamaya itu kini disepakati menjadi sosok cantik di Indonesia saat ini.

Kini, kita mencoba melihat lebih luas lagi, di jajaran selebriti Hollywood saja kita bisa melihat keragaman sosok cantik. Tidak melulu wanita sekurus Kate Moss atau yang berkulit seputih Christina Aguilera yang bisa disebut cantik. Ada Helle Berry yang berkulit hitam, atau bahkan artis Queen Latifah yang berkulit hitam dan bertubuh gemuk, bisa mewakilkan sosok cantik. Lalu di belahan bumi Afrika misalnya, tidak mungkin kan sosok yang dianggap cantik adalah yang berkulit putih atau berambut lurus?

Maka akan sangat tidak realistis kalau di Indonesia hanya ada satu jenis sosok cantik yang mereprentasikan kata cantik itu sendiri. Dan jelaslah bahwa stereotip sempit tentang kecantikan ini harus diubah, karena kecantikan sejati memiliki wujud, ukuran dan usia yang berbeda.

4 komentar:

  1. sayangnya masyarakat disini lebih sering menilai outer beauty daripada inner beauty.

    BalasHapus
  2. amazing,masih ada ya,yang kembali mendefinikan cantik itu kembali ke track nya.mudah mudahan usaha ini terus dikembangkan agar orang2 gak kejebak pada definisi yang lebih komersial.bravo dessy........

    BalasHapus
  3. yah, kita gak bisa nyalahin masyarakat juga. pola pikir mereka kan terbentuk dengan sendirinya akan arti 'cantik'. sekarang alangkah baiknya kalau mulai dari diri sendiri dulu. sekaranglah saatnya untuk kita menggeser paradigma kita tentang arti dan makna 'cantik'

    BalasHapus
  4. viva queen lativa!!! (asik ga tuh...ada rhymenya)

    ga penting cantik mah.. yg penting beauty huahahahahahahahaha,,,,,,,,,

    ngaco ud malem

    BalasHapus